NonStop Reading – artofthestates.org – Mona Fandey: Dari Penyanyi Pop Menjadi Dalang Pembunuhan. Kasus pembunuhan Mona Fandey adalah salah satu peristiwa kriminal paling terkenal dan menghebohkan dalam sejarah Malaysia. Kasus ini tidak hanya menarik perhatian karena kekejaman pembunuhan itu sendiri, tetapi juga karena keterlibatan elemen okultisme dan latar belakang Mona Fandey sebagai seorang mantan penyanyi pop yang kemudian menjadi dukun. Artikel ini akan membahas kronologi, motif, dan dampak dari kasus Mona Fandey, serta bagaimana peristiwa ini terus menjadi bahan pembicaraan publik hingga kini.
Siapa Mona Fandey?
Mona Fandey, yang bernama asli Maznah Ismail, adalah seorang penyanyi pop yang sempat meraih ketenaran singkat pada era 1980-an di Malaysia. Setelah karir musiknya meredup, ia beralih menjadi seorang dukun atau bomoh yang menawarkan jasa spiritual, termasuk kekuatan mistis dan kekayaan kepada para kliennya. Bersama suaminya, Mohamad Nor Affandi Abdul Rahman, dan seorang asisten bernama Juraimi Hassan, Mona membangun reputasi sebagai dukun yang memiliki kemampuan supranatural.
Kronologi Kasus Pembunuhan
Pada tahun 1993, Datuk Mazlan Idris, seorang politikus lokal dari Pahang, mencari Mona untuk mengikuti ritual okultisme dengan harapan mendapatkan kekuasaan politik dan kekayaan. Diduga, Mazlan telah memberikan sejumlah besar uang dan aset pribadi sebagai imbalan kepada Mona dan suaminya untuk mencapai ambisi politiknya.
Seseorang melaporkan bahwa Mazlan Idris telah hilang pada bulan Juli 1993. Penyidik menemukan bahwa Mona, suaminya Affandi, dan asisten mereka, Juraimi Hassan, telah membunuh Mazlan secara brutal dalam sebuah ritual. Mayat Mazlan ditemukan dalam keadaan mengerikan, tubuhnya sudah dipotong-potong. Pelaku memotong kepala korban dan mengubur tubuhnya di rumah Mona Fandey di Pahang.
Motif Pembunuhan
Pembunuhan Mazlan Idris diyakini terjadi karena ketamakan. Sebenarnya, Mona, Affandi, dan Juraimi menipu Mazlan dengan iming-iming kekuatan politik melalui ritual. Motif sebenarnya mereka adalah untuk merampas kekayaan politisi itu. Dalam persidangan, jaksa penuntut umum menyatakan bahwa Mona Fandey dan para pelaku lainnya membunuh Mazlan dengan cara yang sangat sadis sebagai bagian dari ritual okultisme. Mereka memotong-motong tubuh Mazlan setelah Mona Fandey melakukan ritual tertentu terhadapnya.
Proses Pengadilan
Kasus ini menarik perhatian media nasional dan internasional. Pengadilan mengadili Mona Fandey, suaminya Affandi, dan asisten mereka Juraimi atas tuduhan pembunuhan. Selama persidangan, sikap Mona Fandey yang santai dan sering tersenyum menarik perhatian publik. Di pengadilan, dia sering kali tampak tidak peduli terhadap keparahan kasusnya, bahkan memberi kesan bahwa dia menikmati sorotan media.
Setelah proses pengadilan yang panjang, pengadilan menyatakan ketiganya bersalah atas pembunuhan Mazlan Idris dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Petugas penjara mengeksekusi hukuman gantung terhadap Mona Fandey, Affandi, dan Juraimi di Penjara Kajang, Malaysia pada tanggal 2 November 2001.
Dampak dan Warisan Kasus
- Perhatian Publik terhadap Okultisme: Kasus ini membuka mata publik Malaysia terhadap praktik okultisme dan kepercayaan terhadap dukun. Banyak orang di beberapa komunitas masih percaya pada ilmu hitam, dukun, dan ritual mistis. Mona membuktikan bahwa membawa kepercayaan ke tingkat ekstrem dapat berujung pada pembunuhan.
- Citra Media: Media Malaysia mengeksploitasi kasus ini, terutama karena latar belakang Mona sebagai mantan penyanyi dan dukun. Wajahnya sering kali ditampilkan di media, menciptakan sebuah citra “penjahat yang santai dan eksentrik” di benak masyarakat. Senyum Mona yang sering kali terlihat selama persidangan menjadi simbol ikonik yang memperkuat kesan bahwa dia tidak menunjukkan rasa bersalah atau penyesalan atas tindakannya.
- Pengaruh Budaya Populer: Kasus ini menginspirasi berbagai karya seni dan budaya pop di Malaysia. Kisah Mona terus hidup dalam ingatan masyarakat, baik melalui film maupun cerita rakyat, sebagai salah satu kasus kriminal paling mengerikan. Film “Dukun” (2018) mengadaptasi kasus pembunuhan Mona dengan beberapa penyesuaian cerita.
Kesimpulan
Kasus pembunuhan Mona adalah salah satu tragedi paling terkenal dalam sejarah kriminal Malaysia. Menggabungkan elemen okultisme, kekerasan brutal, dan sorotan media yang intens. Kasus ini terus menghantui memori masyarakat Malaysia bahkan setelah beberapa dekade berlalu. Legenda urban, film, dan ingatan kolektif masyarakat terus menceritakan kisah mengerikan Mona dan rekan-rekannya.
