NonStop Reading – artofthestates.org – Mengintip Sejarah Tower Bridge, Si Penjaga Sungai Thames! Di antara deretan bangunan megah di London, satu jembatan tetap jadi ikon abadi Tower Bridge. Bukan cuma karena bentuknya yang mencolok, tapi juga karena kisah di balik tiangnya yang gagah. Bagi warga Inggris maupun turis dari berbagai belahan dunia, Tower Bridge lebih dari sekadar jembatan biasa. Ia punya karakter, punya peran, dan tentu saja, punya sejarah yang cukup mencengangkan.
Dari Kemacetan Jadi Pencapaian
Pada akhir abad ke-19, London makin ramai. Sungai Thames kala itu jadi jalur utama bagi kapal-kapal dagang. Tapi, di sisi lain, lalu lintas darat juga makin padat. Kota butuh solusi cerdas. Maka, muncul ide membangun jembatan yang bisa di lewati kendaraan, tapi juga tetap memberi jalan bagi kapal tinggi.
Rencana besar itu akhirnya di setujui tahun 1884. Proyek besar pun di mulai, dan sekitar delapan tahun kemudian, lahirlah Tower Bridge—jembatan angkat bergaya gotik dengan dua menara menjulang, siap menjaga lalu lintas sungai dan kota sekaligus. Pada 1894, Ratu Victoria meresmikannya dengan penuh kebanggaan.
Mekanisme yang Dulu Dianggap Gila
Bayangin, di era tanpa komputer canggih, Tower Bridge sudah bisa mengangkat bagian tengahnya dengan presisi tinggi. Mesin uap jadi penggerak utama saat itu. Butuh tekanan dan tenaga besar agar jembatan ini bisa “membuka jalan” untuk kapal yang lewat di bawahnya.
Walau kini sistemnya sudah pakai listrik, dulu semua di kontrol manual. Bahkan beberapa komponen asli mesin masih di simpan dan di rawat dengan penuh hormat di museum bawah jembatan.
Tak Cuma Bangunan, Tapi Simbol
Tower Bridge bukan sekadar struktur baja dan batu. Ia jadi wajah kota, jadi simbol kekuatan dan adaptasi London di tengah perubahan zaman. Bahkan, banyak yang sering mengira jembatan ini adalah London Bridge yang terkenal dari lagu anak-anak. Padahal jelas beda.
Secara visual, Tower Bridge punya daya tarik yang bikin orang berhenti sejenak dan mengambil foto. Tapi di balik itu, kisah historisnya membuatnya jauh lebih dalam dari sekadar objek wisata.
Sempat Dianggap Proyek Tak Perlu
Uniknya, dulu banyak yang meragukan proyek ini. Biaya mahal, teknologi ribet, dan risiko besar jadi alasan penolakan. Namun akhirnya, Tower Bridge membuktikan di ri. Ia bukan hanya berdiri, tapi bertahan melewati dua perang dunia, modernisasi jalan, dan berbagai perubahan transportasi kota.
Kini, orang-orang justru tak bisa membayangkan London tanpa jembatan ini. Ia bukan hanya bangunan, tapi juga saksi hidup perkembangan zaman.
Ada Juga Cerita Nekat di Dalamnya
Tower Bridge juga punya sisi liar. Salah satunya terjadi tahun 1952, saat seorang sopir bus bernama Albert Gunton malah ngebut saat jembatan mulai terangkat. Ketimbang ngerem, ia memilih ngebut dan “melompat” dari satu sisi ke sisi lainnya. Aksinya sukses dan di a malah di kasih bonus. Bayangin kalau gagal, bisa jadi berita besar dengan akhir berbeda.
Cerita ini masih melegenda sampai sekarang, bahkan jadi bagian dari tur edukasi yang di bawakan dengan gaya kocak.
Pernah Dikirim ke AS?
Yang lebih kocak lagi, pernah ada miliarder asal Amerika yang pengin beli London Bridge karena terpesona dengan bentuk Tower Bridge. Ia salah sangka, di kira London Bridge adalah Tower Bridge. Ujungnya? London Bridge lama di kirim ke Arizona, sedangkan Tower Bridge tetap kokoh di tepi Sungai Thames. Salah beli, tapi sejarah tetap berjalan.
Kesimpulan
Tower Bridge bukan cuma jembatan yang menyeberangi sungai, tapi juga menyeberangi masa dari era mesin uap hingga zaman di gital. Dengan bentuk megah, kisah unik, dan daya tahan luar biasa, jembatan ini terus berdiri sebagai penjaga Sungai Thames yang tak tergantikan.
Melihatnya bukan hanya soal visual, tapi soal bagaimana manusia bisa merancang sesuatu yang melampaui fungsinya. Ia bukan hanya penghubung dua sisi kota, tapi penghubung antara masa lalu dan masa kini. Setiap baut, setiap kabel, dan tiap jengkal lantainya menyimpan cerita yang layak untuk terus di ceritakan.
